Rabu, 05 September 2018

Sifat Hakikat Manusia

Dalam pengantar ilmu pendidikan, hal yang paling mendasar untuk dipelajari adalah tentang sifat hakikat manusia. Sebab, dengan mengetahui sifat hakikat manusia tersebut dapat memberikan arti dan makna kita sebagai manusia dalam dunia pendidikan untuk ke depannya karena dengan pendidikan dapat membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang ada pada diri manusia itu sendiri.

A. Pengertian Sifat Hakikat Manusia. 

Istilah hakikat berasal dari bahasa Arab dengan kata dasarnya haq berarti kebenaran yang sesungguhnya (inti/mendasar). Istilah manusia juga berasal dari bahasa arab yaitu dari kata man yang berarti manusia, selanjutnya penggalan kata nasia yang berarti pelupa. Jadi, istilah manusia berarti orang yang sering lupa terhadap aturan atau peringatan-peringatan tuhan. 

Sifat hakikat manusia adalah karakteristik yang membedakan manusia dengan hewan, sekalipun manusia dan hewan terdapat banyak kesamaan, namun tidak ada satupun yang dapat membuktikan bahwa manusia dan hewan itu sama.

Para ahli dalam berbagai bidang memberikan penafsiran tentang hakikat manusia. Sastrapateja, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia sendiri adalah sejarah, suatu peristiwa yang bukan semata-mata datum. Hakikat manusia hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarah bangsa manusia. Anthropological constants yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang tetap dimiliki manusia. Ada 6 anthtropological constants dari pengalaman sejarah umat manusia, yaitu sebagai berikut.
  1. Relasi manusia dengan kejasmanian, alam dan lingkungan ekologis.
  2. Ketertiban sesama.
  3. Keterikatan dengan struktur sosial dan institusional.
  4. Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat.
  5. Hubungan timbal balik antara teori dan praktek.
  6. Kesadaran religius para pemeluk agama


B. Wujud Sifat Hakikat Manusia.


Adapun wujud sifat hakikat manusia, terbagi menjadi 8 (delapan) yaitu sebagai berikut:


1). Kemampuan Menyadari Diri Sendiri
Manusia harus mampu menyadari dirinya sendiri. Bisa dikatakan bahwa manusia itu harus dapat menjadi dirinya sendiri atau be your self. Dalam artian yang lebih luas, manusia harus mampu dan mengembangkan apa yang ada dalam dirinya demi kemanusiaannya, sehingga dia menyadari bahwa dirinya beda dengan manusia lainnya. Manusia harus dapat mengembangkan aspek individualitas dan aspek sosialitasnya sehingga jika manusia dapat menyeimbangkan kedua aspek tersebut maka otomatis manusia mampu mengekplorasi potensi-potensi yang ada dalam diri dan dapat membuat jarak dengan yang lainnya.

2). Kemampuan Bereksistensi
Bereksistensi menyatakan bahwa manusia itu ada dan mengetahui apa yang ada di luar dirinya. Dengan kemampuan bereksistensi, manusiapun mampu melihat objek sebagai "sesuatu". Sesuatu di sini adalah dapat merubah objek yang diamatinya menjadi sesuatu yang berguna dengan akal pikirannya. Selain itu, manusia juga dapat menerobos ruang dan waktu tanpa harus merubah segala hal yang ada pada dirinya. Kemampuan bereksistensi perlu dibimbing dan dikembangkan oleh pendidik melalui pendidikan bermutu yang dimulai dari usia dini.

3). Pemilikan Kata Hati (Qalbu)
Manusia berbeda dengan binatang dan makhluk lainnya karena manusia memiliki kata hati atau qalbu yang dapat memberikan penerangan tentang baik dan buruknya perbuatan sebagai manusia. Jika ada sesuatu yang salah maka kata hati akan berbicara, begitupun sebaliknya.
Dengan memiliki kata hati, manusia dapat memberikan bentuk pengertian yang menyertai perbuatan atau membenarkan apa yang dilakukannya tanpa harus terpengaruh oleh hal-hal lain di luar dirinya, namun harus dalam konteks kebenaran umum atau nilai-nilai positif dalam kehidupan.

4). Moral (etika)
Secara garis besar, moral (etika) adalah nilai-nilai yang mengatur manusia. Nilai-nilai itu sendiri mencakup dua hal, yaitu nilai dasar yang bersifat universal (nilai-nilai kemanusiaan secara umum) dan nilai instrumental yang bersifat bagian dari nilai-nilai dasar tersebut. Nilai instrumental lebih menekankan kepada cara atau hal yang nampak dalam keumuman nilai dasar.

Dengan memiliki moral (etika), manusia mampu membuat jarak antara kata hati dengan moral. Jadi, moral manusia itu sendiri terjadi karena adanya dorongan dari kata hati. Jika kata hati berkata baik maka moral manusia itu pun dapat menghadirkan nilai-nilai yang baik. Dengan begitu, dengan pendidikan berarti manusia dapat menumbuhkembangkan moral (sopan santun) dan etika (nilai-nilai kehidupan).

5). Tanggung Jawab
Tanggung jawab manusia di dunia ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat, dan tanggung jawab kepada Allah. Namun demikian, tanggung jawab itu bermuara kepada Allah sebab manusia itu diciptakan adalah sebagai bukti pengabdian manusia kepada Tuhannya yang Maha Esa untuk menjaga atau sebagai khalifah di muka bumi ini. Tanggung jawab itu sendiri berasal dari moral manusia yang dihadirkan oleh kata hatinya. Dan bentuk nyata dari tanggung jawab seseorang ialah kesediaan seseorang yang berani bertanggung jawab dari setiap akibat atas perbuatannya yang salah menjadi suatu perbuatan yang dianggap benar oleh orang lain dan Tuhan-Nya.


6). Rasa Kebebasan
Rasa kebebasan di sini memiliki arti "merdeka". Kebebasan itu sendiri bukan berarti manusia harus bebas dari segala tuntutan dalam kehidupan, melakukan semua hal sesuai dengan keinginan dirinya sendiri, namun bebas di sini adalah bebas yang dibatasi oleh rasa.

Rasa kebebasan itu pun harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, mampu merubah ikatan luar yang membelenggu menjadi ikatan dalam yang menggerakkan hatinya. Jadi, semua tuntutan yang ada dalam kehidupan harus mampu menyatu dengan dirinya sendiri sehingga manusia dapat bebas menurut kodratnya. Oleh sebab itu, dalam rasa kebebasan (kemerdekaan) manusia dapat mengendalikan kata hatinya agar dapat menciptakan moral yang baik sehingga dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan rasa kebebasan tersebut.

7). Kewajiban dan Hak
Manusia dilahirkan Tuhan ke dunia karena memiliki hak hidup sejak manusia itu masih berada di dalam rahim. Namun, hak itu harus dibarengi oleh kewajiban yang merupakan keniscayaan bagi dirinya sebab jika kewajiban tidak ada maka hak adalah sesuatu yang kosong. Kita tak perlu menuntut hak lebih awal jika kewajiban yang dituntut belum dijalankan. Hak itu ada karena kewajiban ada.

8). Menghayati Kebahagiaan
Puncak dari sifat hakikat manusia adalah menghayati kebahagiaan. Menghayati kebahagiaan berarti memadukan antara pengalaman yang menyenangkan dengan penglaaman yang pahit melalui sebuah proses, dimana hasil yang didapat adalah kesediaan menerima apa adanya. Jadi, kebahagiaan itu muncul ketika kejadian atau pun pengalaman sudah dipadukan di dalam hati dan kita mampu bersabar dan menerima hal itu dengan berlapang dada tanpa harus menuntut sedikit pun.

C. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam.
Secara garis besarnya, Islam memandang manusia sebagai berikut.

1. Manusia adalah makhluk yang mulia dan merupakan sebaik-baiknya makhluk, yakni terdapat dalam Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat 70. "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." Dan terdapat dalam surah Al-A'raf ayat 11 yakni, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud."

2. Sesungguhnya Allah telah menciptakannya demi satu tujuan yang mulia yaitu agar manusia selalu beribadah kepadaNya. Allah berfirman dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56. "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

3. Manusia dipersiapkan untuk mencapai derajat kesempurnaan, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Mujadilah ayat 11. "Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Sumber terkait:

https://es.slideshare.net/arifhidayatfauzan/syarif-reading-3?next_slideshow=1
https://tafsirq.com/
https://zuwaily.blogspot.com/2012/10/sifat-hakikat-manusia.html

0 komentar:

Posting Komentar