5. UNSUR UNSUR PENDIDIKAN

Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses pendidikan, yang kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.

1. Subjek yang dibimbing (Peserta Didik).
Peserta didik merupakan subjek didik yang harus dibimbing oleh pendidikPeserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, formal maupun nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah peserta didik dari setiap jenjang pendidikan ialah ada siswa, mahasiswa, taruna, warga belajar, pelajar, murid dan santri.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
  1. Individu memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang khas.
  2. Individu yang sedang berkembang.
  3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
  4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (Pendidik).
Pendidik merupakan orang yang membimbing peserta didikPendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah swt, mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri. Pendidik itu pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di berbagai aspek lembaga pendidikan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, seorang pendidik bisa berupa orang tua, guru, pemimpin masyarakat dan lain-lain. Pendidik juga harus memiliki kewibawaan dan kedewasaan, baik rohani maupun jasmani.

Menurut Imam Al Ghazali. Seorang guru yang mengamalkan ilmunya lebih baik dari pada seorang yang beribadah saja, puasa dan shalat setiap malam. Pendidik diibaratkan sebagai pelita segala zaman. Orang yang hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran nur keilmuannya. Andaikata di dunia ini tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (hayawaniyah) kepada sifat kemanusiaan (insaniyah). Ia juga mengatakan bahwa tugas utama seorang pendidik adalah menyempurnakan, menbersihkan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah swt. Menurutnya karena pendidikan adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah swt (taqarrub ilallah).

Menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, syarat sebagai seorang pendidik yaitu harus memiliki sifat-sifat tertenru agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Yaitu:

  1. Memiliki sifat Zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari ridha Allah.
  2. Seorang Guru harus jauh dari dosa besar.
  3. Ikhlas dalam pekerjaan.
  4. Bersifat pemaaf.
  5. Harus mencintai peserta didiknya.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (Interaksi Edukatif).
Interaksi edukatif adalah interaksi dimana ada komunikasi timbal balik antara peserta didik dan pendidik yang mengarahkan pada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan memanipulasi isi, metode dan alat-alat pendidikan.

Mengajar  merupakan serangkaian interaksi antara orang yang berperanan pendidik dengan anak  didik. Untuk mengukur keefektifan guru, seorang pengamat menggunakan seperangkat dimensi yang dianggap ada hubungannya dengan keefektifan peranan guru. Guru dinilai baik atau buruk tergantung pada klasifikasi yag dibuat sesuai dengan skala tertentu. Philip Jackson (1969) menyimpulkan 3 ciri pembeda kehidupan kelas antara lain : khalayak ramai, pujian dan kekuasaan.


Murid yang baik ialah yang mendengarkan gurunya, mengikuti pelajaran, tidak mengganggu teman di kelas, dan patuh. Dan guru yang baik ialah yang dapat mengajarkan murid-muridnya dengan metode belajar yang baik dan benar sesuai tujuan pendidikan, penuh kasih sayang dan sabar serta memahami kondisi serta kesanggupan seluruh muridnya.

4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (Tujuan Pendidikan).
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan. Sebab, tanpa perencanaan dengan perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi acak-acakan, tanpa arah, bahkan bisa, sesat atau salah langkah. Oleh karena itu perumusan tujuan dengan tegas dan jelas, menjadi inti dari seluruh pemikiran pedagogis dan perenungan filosofis. Tujuan pendidikan itu penting, karena secara implisit dan eksplisit di dalamnya terkadung hal-hal yang sangat asasi, yaitu pandangan hidup dan filsafat hidup pendidiknya, lembaga penyelenggara pendidikan dan negara, dimana pendidikan itu dilaksanakan.

Herbert Spencer (1860) menganalisis tujuan pendidikan dalam 5 bagian yaitu :

  • Kegiatan demi kelangsungan hidup.
  • Usaha mencari nafkah.
  • Pendidikan anak.
  • Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan Negara.
  • Penggunaan waktu senggang.
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (Materi Pendidikan).
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi materi inti dan materi lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengedalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinnekaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa semangat Bhineka Tunggal Ika dapat ditumbuh kembangkan.

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.

  1. Fakta adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama
  2. objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.
  3. Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya.
  4. Prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
  5. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
  6. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja.


Sumber materi pendidikan:

  • Buku
  • Laporan hasil penelitian.
  • Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah).
  • Majalah ilmiah.
  • Kajian pakar bidang studi.
  • Karya professional.
  • Buku kurikulum.
  • Terbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
  • Situs-situs internet.
  • Multimedia (TV, video, VCD, kaset audio, dsb).
  • Lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industry, ekonomi).
  • Narasumber (orang/manusia).


6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (Alat dan Metode).
Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Alat melihat jenisnya sedangkan metde melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Contoh alat pendidikan adalah komputer, sosial media, buku ajar dan alat peraga. Sedangkan metode pendidikan merupakan cara penyampaian materi pendidikan dari pendidik pada peserta didik. 

Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang kuratif.
  • Yang bersifat Preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
  • Yang bersifat Kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan.
Metode pendidikan berikut ini merupakan prinsip yang dasarnya dari Al-Qur'an dan hadits.
  1. Metode Ceramah adalah suatu cara pengajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. 
  2. Metode Tanya Jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
  3. Metode Diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.
  4. Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid mempertanggungjawabkannya.
  5. Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atu pelaksanaa sesusatu sedangkan murid memperhatikannya.
  6. Metode Eksperimen adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan sesuatu percobaan dan setiap proses dari hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
  7. Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara mengajar dimana guru membagi murid-muridnya ke dalam kelompok belajar tertentu dan setiap kelompok diberi tugas-tugas tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
  8. Metode Kisah adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita.
  9. Metode Amsal adalah suatu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat/ melalui contoh atau perumpamaan.
  10. Metode Targhib dan Tarhib adalah suatu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.

7. Tempat dimana peristiwa berlangsung (Lingkungan Pendidikan).

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan di mana anak-anak bergaul sehari-harinya. Bila kita teliti mulai dari masyarakat dan kebudayaan yang sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan meliputi:


1. Keluarga/Informal
Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang diberikan oleh kedua orang tua sianak yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang terbentuk berdasarkan kodrat dan secara suka rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah dari sepasang suami isteri. Keluarga adalah inti masyarakat.

2. Sekolah/Formal
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran kegunaannya untuk pemberian pendidikan kepada masyarakat. Pendidikan formal disekolah merupakan lanjutan atau pengembangan dari pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya dalam keluarga.


3. Masyarakat/Non Formal
Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui pengalaman berulang kali dengan mengalami yang beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka ragam pula. Pendidikan dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi yang diletakkan dasar-dasarnya oleh keluarga dan sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat.


Sumber terkait:

Ramaliyus. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Cetakan kedelapan (edisi revisi).
https://www.daftarinformasi.com/unsur-unsur-pendidikan/
http://tohacenter.blogspot.com/2009/09/manajemen-waktu-dalam-pendidikan-konsep.html
https://rafiqjauhary.com/2013/11/24/syarat-menjadi-seorang-pendidik-adalah/
https://mathniyya.wordpress.com/2016/05/09/unsur-unsur-pendidikan/#_ftn1

0 komentar:

Posting Komentar