7. KEWIBAWAAN


A. Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Gezag berasal dari kata zeggen yang berarti "berkata" siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain. Gezag atau kewibawaan ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada orangtua (ayah dan ibu) itu adalah asli.


Pada suatu sekolah ada seorang guru yang bernama Bapak Budi yang sangat disegani oleh murid-muridnya. Mereka (murid-murid) sangat takut dan patuh kepadanya. Setiap harinya, sebelum Pak Budi masuk ke dalam kelas, murid-murid sudah duduk dengan tenang dan tertib menantikan Pak Budi itu mengajar. Semua perintah dan larangannya serta nasihatnya yang diberikan kepada murid-muridnya, diturut dan dipatuhi oleh anak-anaknya. Anak-anak hormat kepadanya.

Sebaliknya dengan Bapak Salim yang ada di sekolah itu. Ia kurang disegani anak-anak muridnya. Setiap pak Salim mengajar, anak-anak ada saja yang selalu membuat ribut dalam kelas, sehingga kelas menjadi ribut. Peringatan-peringatan dan nasihat-nasihat yang diberikannya tidak atau kurang dihiraukannya oleh murid-muridnya. Anak-anak tidak merasa segan atau patuh kepadanya. Perintah-perintah atau tugas-tugas yang diberikannya, sering kalau tidak dikerjakan oleh murid-muridnya. Karena itu pak Salim seringkali marah dan menghukum anak dalam kelas. Tetapi anak itu bukan semakin patuh atau menurut kepadanya, bahkan sebaliknya. Anak-anak mau mengerjakan apa yang diperintahkannya karena mereka takut; jadi bukan karena insaf atau percaya kepadanya.

Dari contoh di atas dapat kita mengatakan, bahwa Bapak Budi lebih berwibawa, lebih mempunyai kewibawaan atau gezag daripada Bapak Salim. Anak-anak lebih patuh dan lebih segan terhadap Bapak Budi. Segala sesuatu yang diperintahkan atau dinasihatkan ataupun diperingatkan oleh Bapak Budi, lebih meresap dan lebih mudah serta dengan senang menjalankan daripada Bapak Salim. Atau dengan kata lain: pengaruh yang ditimbulkan oleh Bapak Budi lebih dipatuhi oleh anak-anak.

Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering diartikan sebagai suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu ia dihargai, dihormati, disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya, sifatnya, dan perilakunya (kepribadiannya).

Kewibawaan antara orang tua dengan kewibawaan guru dalam pendidikan memiliki kesamaan dan perbedaan. Orang tua (ayah dan ibu ) adalah pendidik yang pertama dan sudah semestinya, mereka adalah pendidik yang alami dan asli yang menerima tugas secara kodrat dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, karena itu sudah semestinya mereka memiliki kewibawaan terhadap anak-anaknya.

Kiat-kiat menjaga kewibawaan :
1.    Bersedia memberi alasan,
2.    Bersikap you attitude,
3.    Bersikap sabar,
4.    Bersikap memberi kebebasan.

B. Macam-Macam Kewibawaan
Macam-macam  kewibawaan dalam kehidupan.
  • Kewibawaan Pemimpin/ Kepala. Seperti kewibawaan pemimpin organisasi, baik oganisasi politik atau organisasi masa, kewibawaan kepala kantor atau kepala sekolah. Kewibawaan tersebut karena jabatan atau kekuasaan.
  • Kewibawaan Keistimewaan. Seperti kewibawaan seseorang mempunyai kelebihan atau keunggulan dibidang tertentu.
Macam-macam kewibawaan ditinjau dari daya yang mempengaruhi.
  • Kewibawaan Lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti : bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapih, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir.
  • Kewibawaan Batin dalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti  (1) Adanya rasa cinta : Kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain. (2) Adanya rasa demi kamu : Demi kamu atau you attitude yaitu sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan,  perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang. (3) Adanya kelebihan batin : Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan objektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin. (4) Adanya ketaatan terhadap norma : Menunjukan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.

C. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidikan itu terdapat dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Sebab pergaulan antara orang dewasa sesamanya, orang menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh pergaulan itu.

  1. Mempengaruhi anak untuk menuju kekedewasaan.
  2. Membantu anak menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.
  3. Membawa anak kearah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga.
  4. Anak akan mengerti bahasa untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan oleh pendidik.
  5. Membuat si anak mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma dalam hidup.
  6. Pendidik dapat menjalankan kewajibannya atas dasar cinta.
  7. Perputaran masyarakat menjadi back.
  8. Anak-anak akan berkembang jasmani dan rohaninya.
  9. Keluarga dapat terpelihara dan selamat.

Tujuan wibawa pendidikan adalah berusaha membawa anak ke arah kedewasaannya. Ini berarti secara beangsur-angsur anak dapat mengenal nilai-nilai hidup atau norma-norma dan menyesuaikan diri dengan norma-norma itu dalam hidupnya.

Satu-satunya pengaruh yang dapat dinamakan pendidikan ialah pengaruh yang menuju ke kedewasaan anak, untuk menolong anak menjadi orang yang kelak dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya dengan berdiri sendiri.

Tidak setiap macam tunduk menurut terhadap orang lain (seperti menurut perintah-perintah anak lain) dapat dikatakan “tunduk terhadap wibawa pendidikan”. Bagaimana sikap anak terhadap kewibawaan pendidik? Dalam hal ini Langeveld menjelaskan dengan dua buah kata :
  • Sikap menurut atau mengikut (volagen), yaitu mengakui kekuasaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menuruti yang sebenarnya.
  • Sikap tunduk atau patuh yaitu dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya merasa sendiri terikat akan memenuhi perintah itu. 
Dalam hal yang terakhir inilah tampak fungsi wibawa pendidikan, yaitu membawa anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya.

Sumber terkait:
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/gezag-kewibawaan.html
https://putrimailiza29.wordpress.com/2012/05/10/kewibawaan-dalam-pendidikan/
http://evidwins.blogspot.com/2015/04/kewibawaan-dalam-pendidikan.html

0 komentar:

Posting Komentar